Penghapusan NPWP dapat menjadi salah satu alasan diadakannya pemeriksaan dengan tujuan lain oleh otoritas pajak. Ketentuan ini diatur dalam PMK 184/2015.
Pemeriksaan pajak tidak hanya disebabkan adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak dan SPT Tahunan yang menyatakan rugi. Berdasarkan Pasal 70 huruf b PMK 184/2015, WP dapat diperiksa untuk tujuan lain, salah satunya penghapusan NPWP.
Perlu dimengerti bahwa WP badan berupa CV atau PT akan memperoleh NPWP atas badan usaha yang beroperasi. Otoritas pajak menerbitkan NPWP agar badan usaha yang beroperasi tersebut menjalankan kewajiban penyetoran serta pelaporan pajak.
Saat badan usaha dibubarkan, WP perlu menghapus NPWP badan. Alasannya adalah NPWP yang berstatus aktif membuat seluruh kewajiban pelaporan pajak tahunan atas badan usaha tetap perlu dilakukan. Kewajiban perpajakan yang perlu dijalankan adalah pelaporan dengan status nihil.
Baca Juga: NPWP Aktif Tanpa Ajukan Permohonan? Ini Sebabnya
Pelaporan nihil yang dimaksud meliputi pelaporan SPT Masa PPh 21/26 Desember dan SPT Tahunan badan. Hal terkait dengan pelaporan SPT Masa PPh 21/26 nihil diatur dalam pasal 10 ayat (2) huruf a PMK 9/2018.
“Dalam hal jumlah PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 yang dipotong pada Masa Pajak Desember Nihil, kewajiban untuk melaporkan PPh Pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 … tetap berlaku,” bunyi penggalan pasal 10 ayat (2) huruf a PMK tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa WP yang memilih untuk menghapus NPWP-nya perlu memperhatikan kembali kewajiban perpajakan badan usaha di masa lalu. Sebelum mengajukan penghapusan NPWP, pastikan seluruh kewajiban perpajakan di masa lalu telah dipatuhi.
Jika terdapat kewajiban yang belum dilaksanakan, WP diimbau untuk “melunasinya” terlebih dahulu sebelum menghapus NPWP. Hal ini dikarenakan DJP dapat melakukan pemeriksaan tujuan lain karena adanya penghapusan NPWP.